Montag, 2. März 2009

Kesederhanaan dalam Gonzaga

Kesederhanaan merupakan salah satu hal yang ditekankan di Kolese Gonzaga. Kesederhaan tidak dapat lahir atau timbul dalam waktu tiga hari, tidak itu tidak dapat terjadi. Kesederhanaan lahir jika setiap pribadi di Kolese Gonzaga mau membuka diri dan mengkoreksi ulang atas kebiasaannya. Hidup di Jakarta mungkin akan membuat sulit untuk mengembangkan pribadi yang sederhana, Jakarta yang merupakan kota terbesar di Indonesia dan sebagai urat nadi politik dan ekonomi telah membentuk masyarakat yang maju dan mulai terorientasi pada kehidupan serba mewah dan glamor. Masyarakat seperti itu tentu akan menyulitkan proses pembentukan pribadi yang sederhana di Kolese Gonzaga ini, tetapi itu tetap mungkin dilaksanakan. Seorang pimpinan sekolah desain Rhode Island,John Maeda,pernah mencetuskan 10 hukum kesederhanaan (Laws of Simplicity ).
Sepuluh hukum tersebut dituliskan untuk menghadapi permasalahan umum di dunia ini, tetapi cukup 2 saja untuk menawarkan solusi di Kolese Gonzaga.

Pengurangan Hal Sekunder

Untuk menjadi pribadi yang sederhana, kita harus mampu mengurangi segala fungsi dan keperluan yang bersifat sekunder atau tidak teralu penting apalagi hal- hal yang berlebihan. Sering kita lihat siswa/i Kolese Gonzaga yang menyimpang dari hal ini, beberapa dari mereka bertindak sering tidak sesuai tujuan atau fungsi utama dari hal itu. Hal yang paling mudah dilihat dari Kolese kita adalah gaya berpakaian siswa/i Kolese Gonzaga. Tujuan utama kita ke sekolah adalah belajar, tetapi beberapa dari kita tidak terfokus pada tujuan primer tersebut, justru terfokus pada hal – hal sekunder. Menggunakan aksesoris berlebih dan rambut diberi gel , merupakan hal yang dapat kita temui di Kolese Gonzaga. Kita pergi ke sekolah untuk belajar mendalami ilmu, belajar mengenal manusia, belajar bersosialisasi, dan bukan belajar untuk bergaya. Apakah dengan gaya dan aksesoris itu membuat kita lebih mantap menjalani studi? Tentu tidak. Tampilkan diri apa adanya, gunakan dan membeli benda sesuai fungsinya bukan sesuai prestise yang akan didapat.

Waktu dan Efisiensi

Semakin cepat kita mampu menyelesaikan sebuah pekerjaan, semakin sederhanalah kita, tetapi pekerjaan itu tetap mencapai tujuan utama bukannya melenceng. Sering kita lihat bahwa berbagai kegiatan di Kolese Gonzaga tidak efisien dalam waktu, tenaga, bahkan biaya. Salah satu yang pernah terjadi di Kolese Gonzaga adalah proses pengecatan ulang pintu masuk Kolese Gonzaga. Hal ini jelas yang melakukan adalah pihak sekolah. Pada awal pengecatan warna yang ditampilkan kurang pas, sehingga perlu diganti atau dicat ulang sampai akhirnya menggunakan cat yang sekarang. Ini merupakan salah satu kesalahan sekolah yang melupakan efisiensi tenaga dan biaya. Mengapa rencana penggunaan warna tersebut tidak digambar terlebih dahulu, sehingga biaya pembelian cat dapat dihemat dan tenaga untuk mengecat dapat dikurangi. Kolese Gonzaga memiliki orang- orang yang mengerti seni dan keindahan. Guru – guru dan siswa/i dapat membantu sekolah untuk merencanakan itu, sehingga mendapat hasil yang lebih baik. Bagaimana mungkin sekolah mantap menanamkan nilai kesederhanaan jika masalah efisiensi yang merupakan bagian dari kesederhanaan sering dilanggar?

Dari kedua hal tersebut dapat diambil intinya, kesederhanaan adalah mengurangi apa yang retorik, menekankan pada hal yang bermakna. Jadi untuk menjadi pribadi yang sederhana adalah bertindak , berfikir, berkata, bahkan menggunakan / membeli produk sesuai makna, fungsi, atau tujuan utama bukan untuk mengangkat nilai – nilai prestis yang melenceng dari proses penanaman dan pengembangan nilai – nilai kesederhanaan di Kolese Gonzaga. Siswa/i dan pihak sekolah harus lebih memahami benar apa itu kesederhanaan, apalagi dalam hitungan bulan akan masuk angkatan baru di Kolese ini, angkatan ke 23.

Keine Kommentare:

Kommentar veröffentlichen