Samstag, 8. Januar 2011

Feminisme di Benak Saya

Beberapa hari yang lalu saya secara tak sengaja melihat artikel di Kompas.com mengenai Pria Feminis. Saya membacanya dan coba memahami seperti apa pria feminis itu, yang jelas bukan pria feminim. Ketika selesai membaca itu ketertarikan saya untuk mencari tahu apa sebenarnya feminisme itu pun muncul, ada 3 sumber yang menjadi acuan saya mengenai pemahaman arti dari Feminisme itu sendiri :

  • Oxford Little Dictionary : "Advocacy of Women's right and sexual equality "
  • Wikipedia.org : " Movement aimed at establishing and defending equal political, economic, and social rights and equal opportunities for women."
  • Presentasi Prodi Kajian Wanita Program Master UI ( kesimpulan Feminisme Liberal ) :         " Pergerakan / Advokasi yang dilakukan untuk membebaskan laki2 dan perempuan dari kandang maskulinitas dan feminisitas dalam bentuk monoandrogini dan poliandrogini"
Setelah saya mencoba untuk memahami apa itu Feminisme, Saya merasa bahwa di kehidupan saya pun saya melihat masalah-masalah antara pria-wanita yang menyinggung emansipasi dan feminisme itu sendiri. 
  1. Lemahnya kesadaran wanita bahwa mereka memiliki hak-hak yang mereka patut di perjuangkan. Beberapa wanita yang saya temui ada yang sadar akan haknya terhadap pria, tapi ada beberapa wanita pula yang tidak menyadarinya dan seakan-akan diperdaya oleh pria. Kurangnya kesadaran wanita ( well educated women ) mengenai hak-hak untuk setara dengan pria telah membawa petaka bagi mereka saat ini dan kelak. Wanita yang tidak mampu berdiri sendiri tanpa seorang pria , akan memiliki kecenderungan untuk membutuhkan pria kapan pun, dan sangat mendambakan kehadiran pria, istilahnya 'kebelet'. Ketika pria itu berhasil menguasai dan mendapatkan hati wanita itu, wanita itu mau diperdaya dan dikendalikan untuk membatasi pergerakan dan relasi wanitanya. Wanita yang tidak sadar akan hak-hak itu akan menyetujuinya karena alasan dialah yg kekasih saya, dia yang memiliki saya, walau baru sepatas pacar.
  2. Kurangnya kesadaran pria yang menganggap bahwa wanita adalah partner hidup. Umumnya pria memandang wanita sebagai objek semata demi kepuasan duniawi.  Kurangnya kontribusi pria untuk menyadari hak-hak wanita telah memperburuk kondisi wanita tersebut. Tindakan pria akan berdasarkan hati dan keinginannya(tidak mempedulikan hak-hak dasar wanita tersebut seperti bebas bersuara, bebas berserikat/berkumpul, bebas mengambil keputusan, dan sebagainya) merupakan hal yang sering kita lihat di sekitar kita.
  3. Penekanan bahwa pria-wanita sederajat dan memiliki hak yang sama masih minim ditingkatan pendidikan dasar sampai menengah. Pendidikan adalah modal dasar untuk mengubah masyarakat, jika dari awal sudah ditekankan bahwa pria-wanita sederajat, dan wanita juga memiliki hak sama dengan pria maka dapat dipastikan budaya 'wanita dijajah pria sejak dulu kala ' akan terminimalisir setahap demi setahap.
Demikian 3 permasalahan utama yang saya lihat disekitar saya mengenai itu.. 

Saya pribadi percaya bahwa pria-wanita merupakan mahkluk hidup yang sederajat. Wanita diciptakan oleh Tuhan melalui tulang rusuk sang pria bagi saya pribadi melambangkan wanita adalah pendamping hidup pria, yang mengisi kekurangan pria, bukan menjadi budak dan objek pria. 
Wanita seharusnya menyadari bahwa mereka memiliki hak dan harus berani untuk mengutarakan hak-hak mereka ke pria walaupun itu kekasihnya. Saya yakin bahwa pria dapat memahami hak-hak pasangannya, jika pria itu memiliki pemikiran terbuka. Pria yang mampu menjadi seorang pria feminis, dan mampu memahami serta menjalani hak-hak wanitanya adalah seorang pria yang terdidik secara baik. Mereka  menyadari bahwa wanita adalah pelengkap mereka, banyak hal yang tak dapat dilakukan pria mampu dilakukan wanita. Saya percaya bahwa jika pria dan wanita bekerja sama maka mereka akan membentuk dan menghasilkan suatu produk yang baik dan semakin sempurna. Hal itu terjadi karena proses yang diisi dan dijalani oleh 2 insan yang memilik pandangan berbeda akan membentuk suatu produk yang semakin matang. 
Sebagai contoh jika kita ingin membuat rumah dan seoranhg suami-istri bekerja sama untuk memikirkan design,struktur,dan interior rumah tersebut maka hasilnya akan jauh lebih baik ketimbang satu pihak yang bekerja. Mungkin pria dapat melihat bahwa struktur rumah harus memiliki karakteristik tertentu seperti safe, kuat, tahan gempa, aliran air berjalan sempurna( tidak ada genangan), saluran yang lancar, dsbnya. Wanita dapat mengisi hal yang tak dapat terjamaha oleh pikiran pria seperti tata letak sofa, warna cat, warna furniture, hiasan rumah, design rumah mau minimalis atau mediterania atau art deco.. d

Dari hal diatas saya membuat kesimpulan, bahwa jika pria dan wanita mampu saling menghargai hak-hak mereka akan terbentuk hubungan harmonis dan saling berkesinambungan. Permasalahan apapun dapat diselesaikan menjadi lebih baik...

( Saya menulis ini sebagai wujud keprihatinan saya melihat wanita-wanita disekitar saya tidak mampu mandiri tanpa pria, dan terlalu manja sehingga tak sadar realita yang harus dihadapi. Saya pun berharap romantisme pasangan tidak luntur dalam proses saling menghargai ini...)