Mittwoch, 11. August 2010

I am proud to be Indonesian

Indonesia tanah air beta,
pusaka abadi nan jaya
Indonesia sejak dulu kala.
tetap di puja puja bangsa...

Disana tempat lahir beta....
dibuaii dibesarkan bunda...
tempat berlindung di hari tua...
sampai akhir menutup mata...
Indonesia Pusaka, lagu yang baru saja saya nyanyikan sambil mengamati taman di depan kost-an dan bendera Indonesia yang berkibar.

Pandangan saya pun langsung tertuju pada bambu Sang Saka Merah Putih. Ketika Indonesia sebelum merdeka, ataupun dalam masa perang pasca kemerdekaan kita memakai bambu untuk memasang atau mengaitkan Bendera Merah Putih.  Saat itu, banyak rakyat yang miskin, yang tidak memiliki uang untuk memasang Bendera Merah Putih di rumah mereka, mereka tidak dapat mengapresiasikan kemerdekaan mereka dengan mewah dan terhormat, maka hanya memakai bambu. Bambu yang murah di dapat, dan mudah di dapat menjadi pilihan rakyat Indonesia masa itu.

Bagaimana dengan sekarang ? Sama! Masih banyak rakyat Indonesia mengibarkan Sang Saka Merah Putih hanya memakai bambu walaupun mereka tinggal di daerah yang dapat dibilang menengah keatas. Mana penghormatan anda terhadap bendera negara anda?
Apakah kalian lupa, dulu para pejuang kemerdekaan maju berperang tak berbekal banyak senjata, tak berbekal ilmu yang cukup hanya semangat dan nyali untuk merdeka ?

 Mereka berlari ke garis depan, dengan tergopoh-gopoh untuk saling bersama-sama dengan teman temannya, untuk memerdekakan kita! Anak cucu mereka! Mereka mati, tertembak, kesakitan, meninggalkan istri, meninggalkan anak, meninggalkan pacar, bahkan melupakan cita cita karir mereka.

Mereka pun pasti juga berhkhayal kelak mereka bisa mengibarkan Bendera Merah Putih kebangaan mereka disepanjang jalan.

Lalu sekarang kita sudah bebas mengibarkan Bendera Merah Putih di mana pun malah kenapa tidak menghargainya? Kenapa kita memasang bendera kebangasaan kita tidak pada tempat yang layak, sebuah tiang bendera.

Kenapa Partai Demokrat memasang Bendera Merah Putih di tiang besi yang tinggi.. itu bukan tiang bendera, itu tiang yang mirip buat meletakan transmitter signal.

Satu hal yang saya ingatkan, jangan pernah harap Indonesia maju jika masyarakatnya sendiri tidak bisa menghargai para pahlawan mereka, sejarah mereka. Menghafal sejarah itu tidak wajib, jika anda memang tidak bisa menghafal sejarah, cukup baca lalu pahami sejarah itu sehingga kelak kita atau kalian generasi muda penerus Indonesia tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Sejarah bukan untuk dihafal, tapi untuk dipahami agar kelak kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. Kegagalan masa lalu adalah proses pembelajaran untuk masa depan

Akhir kata, saya menyampaikan bahwa bagaimana pun keadaan negara ini, baik sulit atau berhasil, saya akan tetap mengabdi negara ini. Negara ini tempat saya lahir, negara ini yang mengajari saya toleransi, negara ini yang mencerdaskan saya, negara ini yang membentuk saya seperti ini, maka saya takkan pernah melupakan negara ini.

DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA