Samstag, 19. Juni 2010

Indonesia dan Facebook

Telat mungkin rasanya jika membahas facebook sekarang, apalagi sekarang sangat booming yang namanya twitter. Oke, gw menulis ini karena baru saja membaca article berjudul Rekor Indonesia di Facebook Kagum atau Sedih yang di muat dalam Garuda Inflight Magazine edisi Juni 2010. Penulis article adalah seorang Chairman Frontier Consulting Group.

Oke kita mulai,

Sebagai kita tahu, Indonesia memiliki masyarakat yang suka untuk berkomunitas. Mereka suka berkumpul, mengobrol, bercanda, dan saling berbagi dengan orang orang dalam satu kelompok adalah kebudayaan pada sebagian besar masyarakat Indonesia.
Jadi sangatlah wajar ketika Facebook dikenal masyarakat Indonesia, secara cepat situs jejaring sosial itu diminati masyarakat.

Sebagai informasi tambahan pada tahun akhir 2008 Indonesia menduduki posisi 15 dunia sebagai negara pemakai Facebook. Pada Juli 2009 menyalip di posisi 7 dunia, yang di mana sepanjang tahun 2009 pertumbuhan Facebookers Indonesia mencapai 1000%. Hingga akhirnya April 2010 Indonesia menduduki posisi 3 dunia, dibawah Amerika dan Inggris.

Facebook di Indonesia merupakan situs yang paling banyak di akses.  Di negara negara maju yang masyarakatnya produktif seperti Amerika, Singapore, UK, Jerman terbiasa untuk mencari informasi, dan Google lah yang menjadi pilihan mereka untuk diakses.

Adanya fenomena boomingnya facebook sebagai media komunikasi dan sosial, jelas membuka peluang para pelaku bisnis, usaha , bahkan tokoh politik pun melakukan promosi dan pemasaran produk - produk yang ada ( hal ini sempat gw pikirkan sebagai media promosi Gonzfest tapi sayangnya biaya yg dibutuhkan ckup besar, dan pake credit card siapa pula..)

Hal ini jelas pasti akan meguntukan Facebook Inc. yang terus menerus mendapat arus dana dari para pelaku bisnis di mancanegara. Jika Indonesia menyumbang pelanggan loyal sebanyak 4% dan kalau diasumsikan bahwa Customer Lifetime Value dari pelanggan Indonesia sama dengan negara lainnya makan konsumen Indonesia menyumbang (4% x Rp150 T) Rp 6 Trilliun. Sama seperti kasus century. Uang yang tanpa kita sadari keluar dari negara kita untuk media promosi.

Nah, ini juga menjadi alasan China sepertinya untuk menutup Google dan Facebook di negerinya. Alasan bahwa dia sadar dengan besarnya penduduk China menjadi ladang uang yang besar bagi Facebook untuk meraih keuntungan dari China. China tidak mau kehilangan Triliunan uang dari negaranya karena sebuah situs jejaring sosial yang menawarkan space iklan. Intinya mereka tidak mau membuat perputaran uang menjadi banyak keluar dari negaranya. Jadi, alasan China untuk sedikit tertutup di dunia maya juga memiliki alasan ekonomi di samping alasan politik dalam menjaga stabilitas nasional.

Pada akhir kata, kita masyarakat Indonesia harus berhenti kagum dengan prestasi kita di Facebook ( mungkin juga Twitter ). Kita perlu mengubah sikap kita, dari bangsa yang konsumtif dan sebagai objek komunikasi menjadi bangsa yang produktif dan Inovatif.

Keine Kommentare:

Kommentar veröffentlichen